| Portal berita | Technologi Information |
Teknik Komputer |

Sunday, November 11, 2012

On 12:18:00 AM by Unknown in    No comments

Masih ingatkah akan kisah Iblis yang pongah di dalam al-Qur’an, ketika Allah telah menciptakan Adam dan membentuk tubuhnya, maka Allah berfirman pada malaikat, yang artinya:
...Bersujudlah kamu kepada Adam, maka mereka pun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (QS al-A’raf: 11)

Ya, Iblis adalah satu-satunya yang tidak bersujud mengikuti perintah Allah, dia adalah jin yang dikarunia kemuliaan oleh Allah hingga bisa berkumpul dengan golongan malaikat, oleh karena itu ia menjadi sombong dan lupa diri, kemudian Allah berfirman padanya, yang artinya:

...Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? menjawab Iblis "Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS al-A’raf: 12)

Iblis mencari-cari alasan untuk membenarkan perilakunya, ia mencoba merasionalisasikan alasannya, bahwa ia yang tercipta dari api lebih mulia daripada tanah. Seolah-olah ia hendak menutup-nutupi kenyataan bahwa kemuliaan seorang makhluk itu hanyalah karena ketakwaannya, Allah berfirman, yang artinya:

...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS al-Hujuraat: 13)

Kemudian Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".

Iblis menjawab: "Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan".Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."Setelah itu Iblis bersumpah pada dirinya sendiri, sembari berkata:

...karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (QS al-A’raf:16—17)

Dengan sumpah ini Iblis menyatakan perang sepanjang masa dengan Adam dan anak-cucunya, ia telah bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Dari sumpah inilah tersingkap sebuah rahasia misi iblis, yakni menjadikan sebagian besar manusia lalai dalam bersyukur alias kufur kepada Allah.

Apa itu Syukur

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGjbFx-snf-jlYJjxwY_z23Rs2hP90f8Cztm9nhJGYjraGesMWIMpCnFKWHaVXRa74pXvbkVF4hd1BKNEZTlC1dGsfrL049VnL4lM934Fn3lCIjWe9SliUy2ywz6sZmBXKF019pMYeh8Dk/s1600/syukur.jpgKalimat dalam bahasa Arab, syakarat ad-dabbatu berarti unta itu gemuk, unta dikatakan gemuk bila terlihat padanya tanda-tanda makanan yang telah dimakannya. Unta dikatakansyakur jika terlihat padanya kegemukan melebihi kadar makanan yang telah dimakannya. (Abdul Hamid al-Bilali, Taujih Ruhiyah, jil. 1). Dalam ilmu tasawuf, syukur berarti ucapan, sikap dan perbuatan terima kasih kepada Allah dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. (Ensiklopedi Islam).

Orang yang bersyukur adalah orang yang terlihat padanya tanda-tanda syukur, sehingga orang yang mengaku sebagai orang yang bersyukur tidak dapat diterima pengakuannya itu bila ia malas beribadah kapada Allah. Ketika suara adzan telah usai dikumandangkan ia bermalas-malasan, tidak bergegas untuk shalat jamaah, ketika waktu puasa telah tiba ia tidak mengisinya dengan perbuatan yang bermanfaat, ketika hartanya telah sampai pada batas untuk mengeluarkannya, maka ia enggan mengeluarkannya, dan ketika ia telah mampu untuk menunaikan haji maka ia mencari-cari alasan untuk tidak segera berangkat.

Orang yang bersyukur, ibadahnya karena rasa terima kasih kepada Allah yang setiap saat, setiap menit dan detik memberikan nikmat kepadanya. Ia malu jika tidak dapat mensyukuri nikmat tersebut; ia malu jika dikatakan sebagai orang yang tidak tahu diri karena tidak bersyukur kepada Allah. Bagi orang-orang yang bersyukur, hembusan nafas dan kedipan mata yang setiap saat bisa ia lakukan adalah nikmat yang sangat besar. Segala gerak-gerik jasmani dan ruhaninya kemudian hanya untuk mengharap ridha Allah, tidak sedikit pun dari hidup mereka kecuali ia mengingat Allah.

Rasulullah saw. adalah pribadi paripurna yang selalu bersyukur kepada Allah swt. beliau adalah teladan bagi orang-orang yang bersyukur, Rasulullah tidak memahami syukur sebatas pujian dengan lidah akan tetapi membuktikannya dengan amal perbuatan.

Aisyah ra. istri Nabi saw. suatu ketika merasa keheranan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau melaksanakan qiyamul-layl semalaman hingga kakinya bengkak, padahal kalau dipikir-pikir, Nabi adalah orang yang maksum, tidak tersentuh oleh dosa. Aisyah berkata, ”Engkau masih berbuat seperti ini, padahal Allah swt. telah berjanji akan mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Rasulullah saw. menjawab: Tidakkah aku bersenang diri menjadi hamba yang bersyukur? (riwayat al-Bukhari).

Imam Ibnul Qayyim merangkum makna syukur itu dalam perkataan: Syukur ialah terlihatnya tanda-tanda nikmat Allah pada lidah hamba-Nya dalam bentuk pujian, di hatinya dalam bentuk cinta pada-Nya dan pada organ tubuh dalam bentuk taat dan tunduk. (Abdul Hamid al-Bilali,Taujih Ruhiyah, jil. 1).

Syarat-syarat Syukur

Menurut Ibnul Qayyim syukur itu akan terasa lengkap jika memenuhi tiga syarat yaitu:

1. Ia mengakui nikmat Allah pada dirinya

Yaitu dengan mengakui bahwa segala kenikmatan ini adalah pemberian dari Allah, adapun usaha yang ia lakukan hanyalah wasilah (perantara) bagi datangnya nikmat tersebut. Kenikmatan tersebut merupakan sebuah cobaan bagi orang-orang yang beriman, Allah berfirman, yang artinya:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (QS al-Anbiyaa’: 35)

Allah mencoba manusia dengan kebaikan agar terlihat siapakah di antara mereka orang-orang yang bersukur dan siapa pula yang kufur kepada Allah.

2. Ia menyanjung Allah atas nikmat itu

Menyanjung Allah yaitu dengan mengucapkan hamdalah dan pujian-pujian yang lainnya, yang kesemua pujian tersebut untuk membesarkan nama-Nya.

3. Ia menggunakan nikmat itu untuk mendapatkan keridhaan-Nya

Artinya semua kenikmatan yang ada pada diri kita hendaknya selalu digunakan untuk mendekatkan diri kita pada Allah. Kalau kita mendapat nikmat makan, maka kita niatkan dan kita gunakan manfaat dari makan tersebut untuk beribadah kepada Allah, seperti untuk shalat, dzikir dan sebagainya. Kalau kita mendapatkan nikmat berupa penglihatan yang baik maka gunakanlah penglihatan tersebut untuk kebaikan, seperti membaca al-Qur’an dsb., jangan kita gunakan untuk melihat tayangan televisi yang kurang bermanfaat bagi akhirat kita, apalagi tayangan-tayangan yang mengandung dosa. Rasulullah pernah menyatakan bahwa salah satu tanda kebaikan seorang muslim, yaitu ia meninggalkan hal-hal yang kurang bermakna bagi peningkatan keimanannya.

Allah memberi kabar gembira kepada orang-orang yang mau bersyukur kepada-Nya dan sebaliknya mengancam orang-orang yang kufur nikmat dengan siksa yang pedih.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim: 7)

Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.

(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfaal: 53)
Penutup

Akhirnya, marilah kita mencoba untuk menata kembali diri kita masing-masing, menjadi orang yang bersyukur bukanlah hal yang mudah, Iblis sendiri telah berjanji akan berusaha menjauhkan manusia dari bersyukur kepada Allah, namun menjadi orang yang bersyukur juga bukanlah hal yang mustahil bagi kita. Dengan penjelasan yang sedikit mengenai apa yang dimaksud dengan syukur dan syarat-syaratnya, maka diharapkan kita bisa menjalankan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, sehingga kita dapat menjauhkan diri dari kufur nikmat, karena jika kita terjerumus ke dalam kufur nikmat, berarti kita turut serta menyukseskan misi Iblis dan anak cucunya untuk menjauhkan anak cucu Adam dari bersyukur kepada Tuhannya. Wallahu a’lam bish-shawab!

Jika anda ingin mengkaji lebih dalam makna Sabar,Syukur, dan Ikhlas, Silahkan Klik link ini
Sabar, Syukur dan Ikhlas adalah satu-kesatuan yang WAJIB anda baca..!!

0 comments:

Post a Comment

Catatan:
• Dilarang menulis link aktif !
• Dilarang ngiklan di kolom komentar !
• Untuk menyisipkan kode, gunakan tag <i rel="code">... KODE ...</i>
• Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan tag <i rel="pre">... KODE ...</i>
• Untuk menyisipkan catatan, gunakan [catatan].. TEKS ...[/catatan]
• Untuk menyisipkan gambar, gunakan [img]URL GAMBAR[/img]>